Daisypath Wedding Ticker

Wednesday, May 20, 2009

bila cinta berbicara....

Suatu ketika, seorang wanita kelihatan amat sedih. Wajahnya kusut masai. Air mukanya letih menahan tangis. Rupanya, dia baru saja kehilangan anak tercintanya untuk selama- lamanya.

Atas nasihat orang di desa, ia menemui seorang tua bijak di pinggir hutan. Mereka berkata, siapa tahu orang bijak itu dapat membantu menyelesaikan masalahnya. Kerana merasa amat cinta kepada anaknya yang telah mati itu, ia amat berharap agar dapat bertemu dengan orang bijak itu. Ditempuhlah perjalanan yang jauh dengan cepatnya.

Sesampainya disana, dia bertanya, “Guru, apakah Anda memiliki ramuan ajaib untuk mengembalikan anakku?”

Sang Guru tidak berusaha untuk berbalah atau menghalau wanita itu kerana permintaannya yang tidak masuk akal.

Dia cuma berkata, “Carilah bunga merah dari rumah yang tidak mengenal “kesedihan”. Setelah kamu bertemu bunga itu, kita akan bersama-sama membuat ramuan ajaib untuk menghidupkan kembali puteramu.”

Selesai mendengar itu, wanita tersebut segera berangkat mencari kemahuan sang guru.

Dalam perjalanan, dia nampak bingung. Tak ada satu petunjuk pun tentang di mana dan bagaimana bentuk rumah itu. Hinggalah, dia tiba di depan rumah mewah.

Mungkin, penghuni rumah itu tak pernah mengenal kesedihan,”ucap wanita itu dalam hati.

Setelah mengetuk pintu, dia berkata, “saya mencari rumah yang tidak pernah mengalami kesedihan. Inikah tempatnya ?”

Wajah sang wanita masih memperlihatkan raut bersedih. Dari dalam rumah, terlihat wajah yang tak kalah sedih.

Pemilik rumah itu menjawab, “Kamu datang ke rumah yang salah.”

Pemilik rumah itu bercerita tentang tragedi yang dialami keluarganya . Ia tak hanya kehilangan seorang anak, tapi juga suami dan kedua orangtuanya kerana kemalangan. Si wanita berasa amat kecewa.

Namun, dia menjadi terharu dengan cerita tuan rumah. Ia berfikir, Siapa yang boleh membantu orang yang nasibnya lebih malang dari saya ini?”

Dia memutuskan untuk tinggal di sana dan menghiburkan pemilik rumah itu. Beberapa hari lamanya, dia bersama wanita pemilik rumah itu, saling bantu-membantu untuk menjalani hidup.

Beberapa minggu berlalu, wanita itu pun berasa si tuan rumah sudah kelihatan lebih baik. Lalu, ia berangkat lagi mencari rumah berikutnya. Tetapi, ke mana pun dia pergi, selalu bertemu kesedihan orang lain. Akhirnya, dia berasa bertanggungjawab untuk menghiburkan semua orang yang dikunjunginya. Hingga akhirnya, dia pun melupakan misinya.

Note :
Kita belajar makna cinta dari seorang ibu yang menyusui anaknya dalam dukungan. Kedua belah

tangannya sibuk membetulkan selimut si bayi. Dalam dadanya tiada sesuatu selain ketulusan memberi atas nama cinta.


Kita belajar makna cinta dari seorang ayah yang membawa pulang sekarung padi dan sejag air setelah seharian berpenat-lelah di sawah. Dalam dadanya, tiada sesuatu selain kegembiraan memberi atas nama cinta.



Kerana cinta bukan hanya sekadar pelukan hangat, belaian lembut, atau kata-kata penuh romantis. Kita belajar apa itu cinta dari apa pun yang ada di muka bumi. Dari cahaya matahari, dari sepasang merpati, dari sujud dan tengadah doa. Dari apapun!

Pada semua kelahiran yang bersambut dengan cinta, hingga kematian dalam cinta, kita dalam hidup ini, tiada lain selain mewujudkan cinta.

Kerana itu, tiada yang boleh kita lakukan selain atas nama cinta kita yang teragung: cinta buat Yang Maha Agung, Allah SWT.

Apapun keputusan-NYA buat kita, Allah yang berbicara, yang menentukan untung-nasib kita, kerana setiap sesuatu yang menyedihkan itu ada hikmah-Nya.


Thursday, May 14, 2009

When you smile to your brother's face…

'When you smile to your brother's face…'| Sheikh Salman al-Oadah|


The Prophet (peace be upon him) said: "When you smile to your brother's face, it is charity."

This is an authentic hadîth. It is related in Sunan al-Tirmidhî (1879) and al-Tirmidhî declared it to be good. It is also related in Sahîh Ibn Hibbân (475 & 530) and Musnad al-Bazzâr.

A man called his friend on the phone thousands of miles away. He said: "So I can be sure of your feelings, I want you to give me smile. And his friend really did smile – a genuine smile from the heart – and the effects of his smile could be heard in his voice while he spoke to his friend overseas. This made the man happy – that someone would smile upon a suggestion, though the other person could not even see him.

There is great wisdom in the Prophet's words: "When you smile to your brother's face is charity."

And indeed, the Prophet (peace be upon him) followed this advice in his everyday life, so much so that `Abd Allah b. al-Hârith said: "I have never seen anyone more in the habit of smiling than Allah's Messenger." [Sunan al-Tirmidhî (3574)]

Even on the day he died, while lying in his sickbed, he did not neglect to smile. While Abû Bakr was getting the people lined up for prayer, the Prophet managed to stand up and move aside the curtain of his room. His face was like a page from a Qur'an manuscript. Yet he smiled at them, a bright laughing smile. [Sahîh al-Bukhârî (639) and Sahîh Muslim (636)]

The prophet (peace be upon him) saw a smile as a gift of joy – an emotional gift, not a material one – a gift whose substance is received by the heart.

When the Prophet (peace be upon him) said: "your brother's face" he was not implying that smiling is only prescribed upon meeting someone. This advice applies to every occasion where a smile can bring cheer, lighten the mood, or reduce the stress that people are feeling.

Jarîr b. `Abd Allah said: "Since the time I accepted Islam, the Prophet (peace be upon him) never once failed to notice me. Whenever he saw me, he would smile at me." [Sahîh al-Bukhârî (2809 & 5625) and Sahîh Muslim (4523)]

It was the Prophet's habit to smile. He even smiled at Fadâlah b. `Umayr – and on that occasion Fadâlah had come with the intention to kill the Prophet (peace be upon him)!

For a smile to be a habitual part of your personality, the facial muscles must be accustomed to smiling. In this way, the hesitancy that we feel when meeting someone, the uncertainty that often comes with interpersonal dealings, will not prevent us from being able to give a broad, heartfelt smile.

There are people who consider frequent smiling to show a deficiency in intelligence or social status. Then there are those who try to smile, but are so unaccustomed to doing so that with great effort they barely manage to curl their lips noticeably. Such people should practice smiling on their own if they must. Maybe they should think of a humorous incident to bring a smile to their face and then share that smile with someone else at no extra cost!

We should not let the differences we might have with people keep us from greeting them with a smile. Likewise, we should not let our possible differences of opinion, or of denomination, or political affiliation, or family background make us stingy with our smiles.

Smiling aids our mental as well as physical health. Indeed, doctor's have begun to incorporate smiling into their therapies. Smiling contributes to lowering blood pressure and improved circulation. It boosts the immune system. It works wherever stress and depression cause harm. Smiling relaxes us and improves our emotional stability.

More than that, a smile is a message about yourself – that your heart is pure and that you are not infected by anxieties, hang-ups, and gloom. A smile is an instant message to those you know as well as those you do not know. It is received and understood even before you speak to or greet someone, and makes that person more receptive to what you have to say.

A genuine smile is charity that you give to yourself. It dispels arrogance from your heart and pessimism from your outlook. It is also charity for others for the happiness and comfort that it brings them. However, the smile has to be real. A mechanical and forced smile will not do the trick.

Smiling is something we want to be contagious. We want it to spread amity and friendship among the people. We want it to make people think better of one another, to trust each other, and learn to get along, whatever their other differences might be. Smiling, it can be hoped, will help to establish the value of good conduct among all human beings.

Saturday, May 9, 2009

jom berkarya!

indahnya malam itu,
yang diciptakan untuk beristirehat,
malam yg mana langitnya di taburi bintang yang,

indahnya malam itu,
yang diciptakan penuh misteri,
hitam gelap melambangkan kejahatan yang bermaharajalela,

indahnya malam itu,
yang mana muhasabah diri hambaNya,
terhadap dosa2 yg dilakukan,
malam itu indah jika dipenuhi dengan zikrullah, mengingati
yang berhak diingati,,
bantulah hamba2Mu ini ya Allah,
tiada daya upaya kami hamba yang lemah,
selain memohon dariMu ya Allah,
tenangkan hati kami ya Allah,
biarlah ia setenang aliran air di tempat yang tidak berbatu,
namun ya Allah, andai tenang itu melalaikan aku ya Allah, biarlah
ia sedikit berbatu, moga ia menguatkan diri.,


catatan untuk sahabat...

rasa lemah, kerana terpaksa membuat
sesuatu yang tak ingin dibuat,
yang memang diketahui salah, namun terpaksa
dilakukan kerna hendak menjaga hati insan
yang disayangai...
andai ia tak melanggar syariatnya, apa salahnya diikuti..
namun andai hati bersih itu menaakul IA SALAH..Ya, anda betul!..IA SALAH!
SEDIHNYA,,
JANGAN BIAR SUARA HATI BERSIH ITU TENGGELAM LAGI..
Engkau sememangnya kuat!, bisa KUAT!
tabahlah kerna anda bukan sendiri,,

catatan untuk diri...

lemahnya aku, saat ditanya hukum Allah, tiada mampu diri ini bersuara,
alasannya, kurang ilmu, sememangnya,
hingga bila hati ini akan dipenuhi ilmu,
andai tiada usaha, andai tiada perubahan,
mana bisa benih itu kan tumbuh, andai tidak diletak di atas tanah, disiram air,
dibiarkan bercambah...

Wednesday, May 6, 2009

bingkisan rindu









Bingkisan Rindu


Antara kita tiada rahsia
Susah dan senang tetap bersama
Terpatri namamu
Kau takkan kulupa

Sudah bertahun lama
Kita tidak lagi bersua
Hanya tinggal kenangan
Yang tak mungkin kita lupa

Kirimkan khabar selalu
Seiringan hembusan bayu
Sekadar pengubat rasa rindu dikalbu

Pantas masa berlalu
Meninggalkan kita semua
Tanpa disedari bertambahlah usia kita

Potret lama masih kusimpan
Kubingkaikan kenangan
Hingga terkadangku
Tersenyum sendirian

Oh perjalanan kita masih jauh
Jalanan berliku akan kita tempuh
Imbaslah kenangan semalam jadi azimat
Penguat semangat menempuh masa hadapan
Harapanku kau kan bahagia selalu

Padaku engkau penghibur duka
Pengubat hati resah kecewa
Dikala malamku kau bawa cahaya

Antara kita tiada rahsia
Susah dan senang tetap bersama
Terpatri namamu
Kau takkan kulupa

Perjalanan kita masih jauh
Jalanan berliku akan kita tempuh
Imbaslah kenangan semalam jadi azimat
Penguat semangat menempuh masa hadapan
Harapan ku kau kan bahagia selalu

Sematkanlah bingkisan rindu dikalbu





Keajaiban Air

molekul air zam-zam



Dibawah merupakan contoh molekul air yang terbentuk bila dibisikkan kata yang baik kepadanya..






Contoh molekul air yang terbentuk bila dibisikkan perkataan yang buruk kepadanya:



Dalam surah Al-Mursalaat, juz keduapuluh sembilan, ayat 20 hingga 23 Allah Ta'ala berfirman.

Yang bermaksud: Bukankah kami telah menciptakan kamu dari air (benih) yang sedikit (hina) dipandang orang. Lalu Kami jadikan air (benih) itu pada tempat penetapan yang kukuh (rahim ibu). Serta Kami tentukan keadaanya, maka Kamilah sebaik-baik yang berkuasa menentukan dan melakukan tiap-tiap sesuatu.


60% tubuh kita terdiri daripada air..tak dapat dibayangkan, alangkah indahnya diri kita andai saban waktu diiringi kata2 indah, alunan zikir mengingatiNYa..